Masuknya Agama Islam Ke Provinsi
Riau
BAB I
PENDAHULUAN
A. Sejarah Masuknya Agama Islam Ke Riau
(Pekanbaru) Secara Umum
Lahirnya agama Islam yang dibawaoleh
Rasulullah SAW, pada abad ke-7 M, menimbulkan suatu tenaga penggerak yangluar
biasa, yang pernah dialami oleh umat manusia. Islam merupakan gerakanraksasa yang telah berjalan sepanjang
zaman dalam pertumbuhan danperkembangannya. Masuk danberkembangnya Islam ke
Indonesia dipandang dari segi historis dan sosiologissangat kompleks dan
terdapat banyak masalah, terutama tentang sejarahperkembangan awal Islam. Ada
perbedaan antara pendapat lama dan pendapat baru.Pendapat lama sepakat bahwa
Islam masuk ke Indonesia abad ke-13 M dan pendapatbaru menyatakan bahwa Islam
masuk pertama kali ke Indonesia pada abad ke-7 M.(A.Mustofa,Abdullah,1999: 23).
Namun yang pasti, hampir semuaahli sejarah menyatakan bahwa
daerah Indonesia yang mula-mula dimasuki Islamadalah daerah Aceh.(Taufik
Abdullah:1983) Datangnya Islam ke Indonesia
dilakukan secara damai, dapat dilihat melaluijalur perdagangan, dakwah,
perkawinan, ajaran tasawuf dan tarekat, serta jalurkesenian dan pendidikan,
yang semuanya mendukung proses cepatnya Islam masukdan berkembang di Indonesia.
Kegiatan pendidikan Islam diAceh lahir, tumbuh dan
berkembang bersamaan dengan berkembangnya Islam di Aceh.Konversi massal
masyarakat kepada Islam pada masa perdagangan disebabkan olehIslam merupakan
agama yang siap pakai, asosiasi Islam dengan kejayaan, kejayaanmiliter Islam,
mengajarkan tulisan dan hapalan, kepandaian dalam penyembuhandan pengajaran
tentang moral.(Musrifah,2005: 20).
Konversi massal masyarakatkepada Islam pada masa kerajaan
Islam di Aceh tidak lepas dari pengaruhpenguasa kerajaan serta peran ulama dan
pujangga. Aceh menjadi pusat pengkajianIslam sejak zaman Sultan Malik Az-Zahir
berkuasa, dengan adanya sistempendidikan informal berupa halaqoh. Yang pada
kelanjutannya menjadi sistempendidikan formal. Dalam konteks inilah, pemakalah
akan membahas tentang pusatpengkajian Islam pada masa Kerajaan Islam dengan membatasi
wilayah bahasan didaerah Aceh, dengan batasan masalah, pengertian pendidikan
Islam, masuk danberkembangnya Islam di Aceh, dan pusat pengkajian Islam pada
masa tiga kerajaanbesar Islam di Aceh.
Islam
merupakan salah satua gama
besar di dunia saatini. Agama ini lahir dan berkembang di Tanah Arab.
Pendirinya adalah Nabi Muhammad SAW. Agama ini lahir salah
satunyasebagai reaksi atas rendahnya moral manusia pada saat itu. Manusia pada
saatitu hidup dalam keadaan moral yang rendah dan kebodohan (jahiliah).
Merekasudah tidak lagi mengindahkan ajaran-ajaran nabi-nabi sebelumnya. Hal
itumenyebabkan manusia berada pada titik terendah. Penyembahan
berhala,pembunuhan, perzinahan, dan tindakan rendah lainnya merajalela.
Islam mulai disiarkan sekitartahun 612 di Mekkah. Karena
penyebaran agama baru ini mendapat tantangan darilingkungannya, Muhammad
kemudian pindah (hijrah) ke Madinah pada tahun 622.Dari sinilah Islam
berkembang ke seluruh dunia.
Muhammad
mendirikan wilayahkekuasaannya di Madinah. Pemerintahannya didasarkan pada
pemerintahan Islam.Muhammad kemudian berusaha menyebarluaskan Islam dengan
memperluas wilayahnya. Setelah Muhammad wafat pada tahun 632,proses
menyebarluaskan Islam dilanjutkan oleh para kalifah yang ditunjuk Muhammad.
Sampai tahun 750, wilayah Islamtelah meliputi Jazirah Arab,
Palestina, Afrika Utara, Irak, Suriah, Persia,Mesir, Sisilia, Spanyol, Asia
Kecil, Rusia, Afganistan, dan daerah-daerahdi
Asia Tengah. Pada masa ini yang memerintah ialah Bani Umayyah dengan ibukota
Damaskus.
Pada
tahun 750, Bani Umayyahdikalahkan oleh Bani Abbasiyah yang kemudian memerintah
sampai tahun 1258dengan ibu kota di Baghdad. Pada masa ini, tidak banyak dilakukan
perluasanwilayah kekuasaan. Konsentrasi lebih pada pengembangan ilmu
pengetahuan,kebudayaan, dan peradaban Islam. Baghdad menjadi pusat perdagangan,
kebudayaandan ilmu pengetahuan.
Setelah pemerintahan BaniAbbasiyah, kekuasaan Islam
terpecah. Perpecahan ini mengakibatkan banyakwilayah yang memisahkan diri.
Akibatnya, penyebaran Islam dilakukan secaraperorangan. Agama ini dapat
berkembang dengan cepat karena Islam mengaturhubungan manusia dan Rob_Nya.Islam disebarluaskan tanpa paksaan
kepada setiap orang untuk memeluknya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Proses
Masuk dan Berkembangnya Agama Islam diIndonesia
Sejarah mencatatbahwa
kaum pedagang memegang peranan penting dalam persebaran agama dankebudayaan
Islam. Letak Indonesia yang strategis menyebabkan timbulnyabandarbandar
perdagangan yang turut membantu mempercepat persebaran tersebut.Di samping itu,
cara lain yang turut berperan ialah melalui dakwah yangdilakukan para mubaligh.
1.
Peranan
Kaum Pedagang
Seperti halnya penyebaran agamaHindu-Buddha, kaum pedagang
memegang perananpenting dalam proses penyebaran agama Islam, baik pedagangdari
luar Indonesia maupun parapedagang Indonesia.
Para pedagang itu datang dan berdagangdi
pusat-pusat perdagangan di daerah pesisir. Malaka merupakan pusat transitpara
pedagang. Di samping itu, bandar-bandar di sekitar Malaka seperti Perlakdan
Samudra Pasai juga didatangi para pedagang.
Mereka tinggal di tempat-tempat tersebut dalam waktu yanglama,
untuk menunggu datangnya angin musim. Pada saat menunggu inilah,
terjadipembauran antarpedagang dari berbagai bangsa serta antara pedagang dan
penduduksetempat. Terjadilah kegiatan saling memperkenalkan
adat-istiadat, budaya bahkanagama. Bukan hanya melakukan perdagangan, bahkan
juga terjadi asimilasi melaluiperkawinan.
Di antara para pedagang tersebut, terdapat
pedagang Arab,Persia, dan Gujarat yang umumnya beragama Islam. Mereka
mengenalkan agama dan budaya Islamkepada para pedagang lain maupun kepada penduduk
setempat. Maka, mulailah adapenduduk Indonesia yang memeluk agama Islam.
Lama-kelamaan penganut agama Islammakin banyak. Bahkan kemudian berkembang
perkampungan para pedagang Islam di daerah pesisir.
Penduduk setempat yang telah memeluk agama Islam
kemudianmenyebarkan Islam kepada sesama pedagang, juga kepada sanak
familinya.Akhirnya, Islam mulai berkembang di masyarakatIndonesia. Di samping itu para pedagang dan pelayar
tersebut juga ada yangmenikah dengan penduduk setempat sehingga lahirlah
keluarga dan anak-anak yangIslam.
Hal ini berlangsung terus selama bertahun-tahun sehinggaakhirnya
muncul sebuah komunitas Islam, yang setelah kuat akhirnya membentuksebuah
pemerintahaan Islam. Dari situlah lahir kesultanan-kesultanan Islam
diNusantara.
2.
Peranan Bandar-Bandardi Indonesia
Bandar merupakan tempat berlabuh kapal-kapal
ataupersinggahan kapal-kapal dagang.Bandar juga merupakan pusat perdagangan, bahkan
juga digunakan sebagai tempattinggal para pengusaha perkapalan.Sebagai negara kepulauan yang terletak pada jalur
perdagangan internasional,Indonesia memiliki banyak bandar. Bandar-bandar ini
memiliki peranan dan artiyang penting dalam proses masuknya Islam ke Indonesia.
Di bandar-bandar inilah para pedagang beragama
Islammemperkenalkan Islam kepada para pedagang lain ataupun kepada
penduduksetempat. Dengan demikian, bandar menjadi pintu masuk dan pusat
penyebaranagama Islam keIndonesia. Kalau kita lihat letak geografis kota-kota
pusat kerajaan yangbercorak Islam pada umunya terletak di pesisir-pesisir dan
muara sungai.
Dalam perkembangannya, bandar-bandar tersebut umumnyatumbuh
menjadi kota bahkan adayang menjadi kerajaan, seperti Perlak, Samudra
Pasai, Palembang, Banten, SundaKelapa, Cirebon, Demak, Jepara, Tuban, Gresik,
Banjarmasin, Gowa, Ternate, danTidore. Banyak pemimpin bandar yang memeluk
agama Islam. Akibatnya, rakyatnyapun kemudian banyak memeluk agama Islam.
Peranan bandar-bandar sebagai pusat perdagangan
dapatkita lihat jejaknya. Para pedagang di dalam kota mempunyai
perkampungansendiri-sendiri yang penempatannya ditentukan atas persetujuan dari
penguasakota tersebut, misalnya di Aceh, terdapat perkampungan orang Portugis,
BenggaluCina, Gujarat, Arab, dan Pegu.
Begitu juga di Banten dan kota-kota pasar kerajaan lainnya.Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kota-kota pada masa pertumbuhan
danperkembangan Islam memiliki ciri-ciri yang hampir sama antara lain letaknya
dipesisir, ada pasar, ada masjid, ada perkampungan, dan ada tempat para
penguasa(sultan).
3.
Peranan Para Wali danUlama
Salah satu cara penyebaran agama Islam ialah dengan cara mendakwah. Disamping sebagai pedagang,
para pedagang Islam juga berperan sebagai mubaligh.Ada juga para mubaligh yang
datang bersama pedagang dengan misi agamanya.Penyebaran Islam melalui dakwah
ini berjalan dengan cara para ulama mendatangimasyarakat objek dakwah, dengan
menggunakan pendekatan sosial budaya. Pola inimemakai bentuk akulturasi, yaitu
menggunakan jenis budaya setempat yang dialiridengan ajaran Islam di dalamnya.
Di samping itu, para ulama ini juga mendirikanpesantren-pesantren sebagai
sarana pendidikan Islam.
Di Pulau Jawa, penyebaran agama Islam dilakukan
olehWalisongo (9 wali). Wali ialah orang yang sudah mencapai tingkatan
tertentudalam mendekatkan diri kepada Allah. Para wali ini dekat dengan
kalanganistana. Merekalah orang yang memberikan pengesahan atas sah tidaknya
seseorangnaik tahta. Mereka juga adalah penasihat sultan.
Karena dekat dengan kalangan istana, mereka kemudiandiberi gelar
sunan atau susuhunan (yang dijunjung tinggi). Kesembilan walitersebut adalah
seperti berikut.
1. Sunan Gresik
(MaulanaMalik Ibrahim). Inilah wali yang pertama datang ke Jawa pada abad ke-13
danmenyiarkan Islam di sekitar Gresik.Dimakamkan
di Gresik, Jawa Timur.
2. Sunan Ampel (RadenRahmat).
Menyiarkan Islam di Ampel, Surabaya, Jawa Timur. Beliau merupakanperancang
pembangunan Masjid Demak.
3. Sunan
Derajad(Syarifudin). Anak dari Sunan Ampel. Menyiarkan agama disekitar Surabaya. Seorang sunan yang sangat berjiwa sosial.
4. Sunan Bonang
(MakdumIbrahim). Anak dari Sunan Ampel. Menyiarkan Islam di Tuban, Lasem, dan
Rembang.Sunan yang sangat bijaksana.
5. Sunan Kalijaga (RadenMas
Said/Jaka Said). Murid Sunan Bonang. Menyiarkan Islam di Jawa Tengah.Seorang
pemimpin, pujangga, dan filosof. Menyiarkan agama dengan caramenyesuaikan
dengan lingkungan setempat.
6. Sunan Giri (RadenPaku).
Menyiarkan Islam di luar Jawa, yaitu Madura, Bawean, Nusa Tenggara, danMaluku.
Menyiarkan agama dengan metode bermain.
7. Sunan Kudus
(JafarSodiq). Menyiarkan Islam di Kudus, Jawa Tengah. Seorang ahli seni
bangunan.Hasilnya ialah Masjid dan Menara Kudus.
8. Sunan Muria (RadenUmar
Said). Menyiarkan Islam di lereng Gunung Muria, terletak antara Jepara
danKudus, Jawa Tengah. Sangat dekat dengan rakyat jelata.
9. Sunan Gunung Jati(Syarif
Hidayatullah). Menyiarkan Islam di Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon.Seorang
pemimpin berjiwa besar.
B.
Kapan dan dari mana Islam Masuk Indonesia
Sejarah mencatat bahwa sejak awal
Masehi,pedagang-pedagang dari India dan Cina sudah memiliki hubungan dagang
denganpenduduk Indonesia. Namun demikian, kapan tepatnya Islam hadir di
Nusantara?
Masuknya Islam ke Indonesia menimbulkan
berbagaiteori. Meski terdapat beberapa pendapat mengenai kedatangan agama Islam
diIndonesia, banyak ahli sejarah cenderung percaya bahwa masuknya Islam
keIndonesia pada abad ke-7 berdasarkan Berita Cina zaman Dinasti Tang. Berita
itumencatat bahwa pada abad ke-7, terdapat permukiman pedagang muslim dari Arab
diDesa Baros, daerah pantai barat Sumatra Utara.
Abad ke-13 Masehi lebih menunjuk pada
perkembangan Islambersamaan dengan tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.
Pendapat iniberdasarkan catatanperjalanan Marco Polo yang menerangkan bahwa ia pernah
singgah di Perlak padatahun 1292 dan berjumpa dengan orang-orang yang telah
menganut agama Islam.
Bukti yang turut memperkuat pendapat ini ialahditemukannya nisan
makam Raja Samudra Pasai, Sultan Malik al-Saleh yangberangka tahun 1297.
Jika diurutkan dari barat ke timur, Islam
pertama kalimasuk di Perlak, bagian utara Sumatra. Hal ini menyangkut
strategisnya letakPerlak, yaitu di daerah Selat Malaka, jalur laut perdagangan
internasional daribarat ke timur. Berikutnya ialah Kerajaan Samudra Pasai.
Di Jawa, Islam masuk melalui pesisir utara Pulau Jawaditandai
dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun bin Hibatullah yangwafat pada
tahun 475 Hijriah atau 1082 Masehi di Desa Leran, Kecamatan Manyar,Gresik.
Dilihat dari namanya, diperkirakan Fatimah adalah keturunan Hibatullah,salah
satu dinasti di Persia. Di samping itu, di Gresik juga ditemukan makamMalik
Ibrahim dari Kasyan (satu tempat di Persia) yang meninggal pada tahun 822H atau
1419 M. Agak ke pedalaman, di Mojokerto juga ditemukan ratusan kuburIslam kuno.
Makam tertua berangka tahun 1374 M. Diperkirakan makam-makam iniialah makam keluarga
istana Majapahit.
Di Kalimantan,Islam masuk melalui Pontianak yang
disiarkan oleh bangsawan Arab bernama SultanSyarif Abdurrahman pada abad ke-18.
Di hulu Sungai Pawan, di Ketapang,Kalimantan Barat ditemukan pemakaman Islam
kuno. Angka tahun yang tertua padamakam-makam tersebut adalah tahun 1340 Saka
(1418 M). Jadi, Islam telah adasebelum abad ke-15 dan diperkirakan berasal dari
Majapahit karena bentuk makambergaya Majapahit dan berangka tahun Jawa kuno. Di
Kalimantan Timur, Islammasuk melalui Kerajaan Kutai yang dibawa oleh dua orang
penyiar agama dariMinangkabau yang bernama Tuan Haji Bandang dan Tuan
Haji Tunggangparangan. DiKalimantan Selatan, Islam masuk melalui Kerajaan
Banjar yang disiarkan olehDayyan, seorang khatib (ahli khotbah) dari Demak. Di
Kalimantan Tengah, buktikedatangan Islam ditemukanpada masjid Ki Gede di Kotawaringin yang
bertuliskan angka tahun 1434 M.
Di Sulawesi,Islam masuk melalui raja dan
masyarakat Gowa-Tallo. Hal masuknya Islam keSulawesi ini tercatat pada Lontara
Bilang. Menurut catatan tersebut, rajapertama yang memeluk Islam ialah Kanjeng
Matoaya, raja keempat dari Tallo yangmemeluk Islam pada tahun 1603. Adapun
penyiar agama Islam di daerah ini berasal antara laindari Demak, Tuban, Gresik, Minangkabau, bahkan dari Campa. Di Maluku, Islam masuk
melalui bagianutara, yakni Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo. Diperkirakan
Islam di daerah inidisiarkan oleh keempat ulama dari Irak, yaitu Syekh Amin,
Syekh Mansyur, SyekhUmar, dan Syekh Yakub pada abad ke-8.
BAB III
SEJARAH MASUKNYA AGAMA ISLAM DI DAEARAH RIAU
A. Kilas balik dari peninggalan zaman dahulu
Dalam membicarakan kedatangan islam ke Nusantara,
kebanyakahli sejarah, terutama ahli sejarah, terutama ahli sejarah Barat,
berpendapatbahwa kedatangannya terjadi dalam abad ke 13. pendapat mereka ini
didasarkanbeberapa fakta sejarah yang ditemui di beberapa daerah, seperti batu
nisan,catatan dan laporan. Berdasarkan catatan Cina, pada zaman Dinasti Yuan
satu rombingandiplomatic Melayu datang ke istana Yuan pada 1281. Rombongan
tersebut diketahuioleh dua orang Islam. Menurut Fatimi, kedua utusan itu
datangnya dari Su-Mu(Samudera), bernama hasan dan Sulaiman. Mereka juga
berpegang pada laporangMarco Polo, pengembara Venice yang singgah di Perlak
dalam perjalanan pulangdari istana Kublai Khan pada 1992, Selain itu, terdapat
beberapa buah batunisan raja-raja islam di Sumatera, di antaranya nisa Sultan
Malik al Saleh,raja Islam Samudra Pasai yang pertama pada 1297.
Berdasarkan catatan-catatan, nisan-nisan dan laporan
daribeberapa orang pengembara, mungkin sekali ahli sejarah Barat setuju
bahwakedatangan islam ke Nusantara jauh sebelum abad ke-13. akan tetapi nyata
sekalimereka ingin meniadakan peran-peran islam di Nusantara sebelum itu.
Dengan bukti-bukti tersebut, ahli sejarah tempatan,
sepertiWan Hussin Abdul Kadir, Hamka, A. Hasymi, dan naguib Al-Attas,
berpendapatbahwa kedatangan islam ken Nusantara bukan pada abad 13, 14 dan 15,
tetapi jauhlebih awal, yaitu pertengangan abad ke-7. dalam seminar “Sejarah
KedatanganIslam ke Indonesia telah berkesimpulan sebagai berikut. Bahwa menurut
sumber-sumberyang kita ketahui, Islam untuk pertama kalinya telah masuk ke
Indonesia padaabad pertama Hijriyah (abad ke-7 atau ke 8 M) dan langsung dari
Arab.
Apabila
dicermati, kesimpulan seminar 1963 di Meda, tidakmenegaskan dimana dan kapan
kerajaan Islam itu berdiri di Aceh dan siaparajanya yang pertama. Sementara
itu, seminar 1978 di Banda Aaeh, telahmenegaskan bahwa kerajaan-kerajaan Islam
pertama adalah Perlak, Lamuri dan Pasei.
B. Melaka
Pembahasan Islam di Melaka sengaja diketangha-tengahkan
secarakhusus mengingat hubungan tidak terpisahkan degnan islamisasi setelahnya,
yaituIslamisai daerah-daerah Melayu Johor dan RAGAiau. Sebagaimana
diketahuiJohor-Riau adalah kesultanan yang muncul sebagai pelanjut dan pewaris
tradisiMelaka. Menurut Sejarah Melayu, Islam di Melaka mulai tersebar setelah
RajaKecil Besar memeluknya. Ia menerima Islam langsung dari nabi Muhammad
sawmelalui mimpi, sebagaimana disebutkan.
Setelah beberapa lamanya baginda di atas kerajaan,
makabaginda bermimpi pada satu mala, berpandangan dengan keelokkan hadirat
nabiMuhammad Rasul ALLah Shalla Allah ‘alaihi wassalam. Maka sabda Rasul Allah
padaraja Kecil Besar, “Ucap olehmu: Asyhadu al Lailaha illah Allah wa asyhadu
annaMuhhammada Rasulullah”. Maka oleh Raja Kecil Besar seperti sabda Rasul
Allahshalla Allah ‘alaihi wa sallam it diturutnya. Maka sabdaRasul
Allah kepada Raja Kecil Besar, “Adapun namamu Sultan Muhammas Syah”.
C. Islam Masuk ke Riau Daratan
Dalam kesempatan ini, pembahsan masuk islam ke Riau
dibatasikepada beberapa daerah, yaitu: Kuntu-Kampar, Rokan, Kuantan, Indragiri,
danTaqpung. Menurut Sejarah Riau, Kuntu-Kampar adalah daerah pertama-tamadi
Riau Daratan yang berhubungan dengan ornag-orang Islam (pedagan). Hal
inidimungkinkan karena sejak zaman bahari daerah ini telah berhubungan
denganpedagang-pedagang asing dari negeri Cina, India, dan Arab-Persia.
Hubungantersebut didasarkan oleh kepentingan perdagangan, karena daerah lembah
sungaiKampar Kanan/ Kiri merupakan daerah penghasil lada terpenting di dunia
dalamperiode 500-140 M. Oleh karena itu, tidak mengherankan kalaudaerah
Kuntu-Kamparyang mula-mula dimasuki agama Islam.
Meskipun
islam telah masuk pada abad ke 7 atau 8 Masehi diRiau, namun penganut angama
ini masih terbatas di lingkungan para pedagang danpenduduk kota di pesisir
pantai tersebut. Hal ini disebabkan karena kuatnyapengaruh agama Budha yang
merupakan agama Negara dalam kerajaan Sriwijaya waktuitu.
Dari Kuntu, Islam diperkirakan menyebar ke Rokan dalam
tahun738/ 1349. saat mereka dating ke daerah ini, Rokan sudah memiliki
kehidupanbermasyarakat yang teratur, dipimpin oleh seorang raja yang
berkedudukansebagai primus interperes bernama Raja Said. Masuknya
pelarian-pelarian Muslimdari Kuntu berhasil membawa pengikut-pengikut Raja Said
memeluk Islam, danbahkan Raja Said sendiri akhirnya menjadi pengaut islam yang
baik.
Di
sampaing di atas, terdapat pula pendapaqt-pendapatlainnya, ada yang menyatakan
Islam di Rokan berasal dari Lima Koto (Bangkinang,Kuok, Salo, Rumbio dan Air
Tiris) yang terletak di tepi Sungai Kampar Kanan.
Adapula
yang berpendapat bahwa islam yang masuk ke Rokandating dari Aceh (Kerajaan
Samudera Pasei) pada abad ke 14. kerajaan Pasei inilah yang kemudian
mensponsori berdirinya Kerajaan Rokan bernama Kerajaan Kuntodar al-Salam yang
dalam perkembangannya sejajar dengan Kerajaan Aceh Daral-Salam. Akan tetapi,
dalam abad ke 14 itu juga, Kunto Dar al-Salam diserangmajapahit. Baru pada abad
ke 16, terutama melalui tokoh syekh Burhanuddin bukanhanya diintensifkan
kembali. Syekh Burhanuddin bukan hanya sebagai mubalig,tetapi juga bertindak
sebagai guru.
Dari Kuntu-Kampar dan Kunto Dar al-Salam, Islam menyebar keKuantan
dan Indra giri. Di antara ulama yang berjasa menyebarkan islam kedaerah ini
adalah syekh Burhanudin al-Kamil (Wafat 610/1214). Islamisasi yangdilakukan
Syekh ini sampai ke Kuantan, terus ke hilirnya Muara SungaiIndragiri, seperti
Sapat dan Prigiraja. Sumber lain menyebutkan masuknya Islamke Inderagiri
melalui pantai barat sumatera, dibawa oleh seorang ulama bernamaSayed Ali
al-Idrus. Jalur-Jalur yang dilaluinya adalah: dari hadramaut singgahdi Samudra
Pasei, dan sampai dipantai barat Sumatera, tepatnya kota Air Bangis.Di daerah
ini ia tinggal berapa lam adlam tugas mengembangkan agama Islam. Kemudian
menujutimur dan sampai ke Kerajaan Siak, terus ke Pelalawan.
D. Peran Penting Islam di Tanah Melayu
Sejarah masuknya Islam di tanah Melayu (khususnya di Indonesia),
selama ini masih banyak yang mengikuti alur teori Snouck Hugronje. Pelajaran
sejarah kita di SD, SMP, SMA atau universitas, menyatakan bahwa Islam masuk ke
Indonesia abad ke-13 dan dibawa oleh para pedagang Gujarat. Karena telah
berlangsung puluhan tahun pengajaran sejarah seperti itu, maka seolah-olah
teori sejarah itu menjadi kebenaran.
Teori masuknya Islam ke Indonesia abad ke-13 dan dibawa oleh
para pedagang Gujarat, telah dibantah kelas oleh para cendekiawan Muslim yang
konsen terhadap sejarah. Mereka sepakat menyatakan bahwa Islam masuk ke tanah
Melayu-Indonesia pertama kali abad ke-7 dan dibawa langsung oleh para ulama
(dan wirausahawan) dari jazirah Arab. Termasuk dalam deretan cendekiawan ini
diantaranya adalah : Prof Dr Buya Hamka, Prof Dr Naquib al Attas, KH Abdullah
bin Nuh dan Prof Ahmad Mansur Suryanegara. Sedangkan ‘teori sejarah orientalis’
itu diantaranya dipelopori oleh: Snouck Hugronje, WF Sttutterheim, Bernard HM
Vlekke, Clifford Geertz, Harry J Benda dan John Bastin.
Buya Hamka membantah bahwa Islam masuk ke Indonesia abad
ke-13 dengan ditandai berdirinya kerajaan Samudera Pasai (1275). Menurut Hamka,
apakah mungkin tiba-tiba berdiri sebuah kerajaan tanpa Islam menyebar terlebih
dahulu di daerah itu di masa-masa sebelumnya? Karena itu, Hamka berkeyakinan
dan menunjukkan bukti bahwa Islam telah berkembang ke pulau Sumatera di abad
ke-7. Yaitu dengan ditemukannya komunitas Islam di Palembang pada abad itu.
Prof Ahmad Mansur dalam bukunya Api
Sejarah dan Menemukan Sejarah, menyatakan bahwa pada masa Khalifah Muawiyah
(661-750M), Islam menyebar di tanah Melayu. Muawiyah memang dalam sejarah dikenal dengan armada
maritimnya. Di masanya, ia diperkirakan telah mempunyai sekitar 600 kapal laut.
Prof Mansur menyatakan : “Besar kemungkinannya bahwa Islam dibawa oleh para
wirausahawan Arab ke Asia Tenggara pada abad pertama dari tarikh Hijriyah atau
abad ke-7M. Hal ini menjadi lebih kuat, menurut TW Arnold dalam The Preaching
of Islam – Sejarah Da’wah Islam pada abad ke-2H perdagangan dengan Sailan atau
Srilangka sudah seluruhnya di tangan bangsa Arab. Pendapat yang sama juga
dikemukakan oleh Prof Dr BH Burger dan Prof Dr Mr Prajudi dalam Sedjarah Ekonomis
Sosiologis Indonesia.”
Prof Mansur menambahkan : “JC Van Leur dalam bukunya
Indonesian: Trade and Society, menyatakan bahwa pada 674 (M) di pantai Barat
Sumatra telah terdapat perkampungan (koloni) Arab Islam. Dengan pertimbangan
bangsa Arab telah mendirikan perkampungan perdagangannya di Kanton pada abad
ke-4. Perkampungan perdagangan ini mulai dibicarakan lagi pada 618 dan 626.
Tahun-tahun berikutnya perkembangan perdagangan ini mulai mempraktikkan ajaran
agama Islam. Hal ini mempengaruhi pula perkampungan Arab yang terdapat di
sepanjang jalan perdagangan di Asia Tenggara.”
Prof Mansur juga mengkritik keras
adanya upaya sebagian sejarawan yang menyatakan bahwa Islam baru masuk ke
Indonesia setelah runtuhnya kerajaan Hindu Majapahit (1478) dan ditandai
berdirinya kerajaan Demak. Kata
pakar sejarah ini: “Pada umumnya keruntuhan Kerajaan Hindoe Madjapahit sering
didongengkan akibat serangan dari Kerajaan Islam Demak. Padahal realitas
sejarahnya yang benar Keradjaan Hindhoe Madjapahit runtuh akibat serangan radja
Girindrawardhana dari Kerajaan Hindoe Kediri pada tahun 1478M.”
Para cendekiawan Muslim juga menyatakan bahwa pembawa ajaran
Islam ke tanah Nusantara (Melayu) adalah para ulama Islam dan wirausahawan
Islam dari jazirah Arab. Menurut Buya Hamka, hal itu ditandai dengan
berkembangnya mazhab Imam Syafii yang berkembang di tanah air. Sedangkan
Gujarat, menurut Prof Mansur, banyak bermazhab Syiah.
Prof Al-Attas menyorot tajam ulah
kebanyakan para Sarjana Barat terhadap sejarah Islam di tanah Melayu: “Sarjana2
Barat dan ahli sejarahnya melangsungkan penilitian ilmiah terhadap sejarah dan
kebudayaan Kepulauan Melayu-Indonesia telah lama menyebarkan fahaman bahwa
masharakat Kepulauan ini seolah2 merupakan masharakat penyaring dan penapis
serta penyatu unsur2 murni dan agung agama2 yang tiba dengan pengaruhnya
masing2 di daerah ini seperti agama2 Hindu, Buddha, dan Islam. Akan tetapi fahaman yang mensifatkan
daya sinkretis terhadap masharakat Melayu-Indonesia ini sebenarnya kosong
belaka, tiada berdasarkan hujah2 tulen.”
Meski Van Leur sepakat para cendekiawan Islam tentang awal
masuk Islam ke Nusantara abad ke-7, tapi menurut al Attas, Van Leur telah
mengelirukan peranan penting Islam di tanah Melayu. Kata cendekiawan besar ini:
“Keputusan akhir Van Leur laksana hukuman yang telah dijatuhkan terhadap Islam
ialah bahwa Islam itu tiada membawa apa2 perubahan asasi dan tiada pula membawa
suatu tamaddun yang lebih luhur daripada apa yang sudah sedia ada. Bawaan
pemikiran sarjana2 Belanda dari dahulu memang sudah mengisharatkan
kecenderungan ke arah memperkechil-kechilkan Islam dan peranannya dalam sejarah
Kepulauan ini dan sudahpun nyata, misalnya dalam tulisan2 Snouck Hugronje pada
akhir abad yang lalu”
Apa yang dibawa Islam di tanah Melayu ini? Al Attas
menguraikan : “Para penyebar agama Islam mendakyahkan kepercayaan ketuhanan
yang kudratNya terhukum pada hikmatNya; yang iradatNya berjalan selaras dengan
Akal. Insan dichitakan sebagai hasil tertinggi chiptaan raya –bahwa pada gelang
kehidupan semesta, insanlah umpama khatim permata jauharnya. Sifat asasi insan
itu ialah akalnya, dan unsur akliah inilah yang menjadi perhubungan antara dia
dan Hakikat semesta….sebagaimana kegelapan yang menyelubungi Eropa sebelum
menyingsingnya Abad Pertengahan lenyap dipanchari sinaran surya baru galakan
Islam, menerangi alam baru di layar lakonan sejarah –demikian juga kedatangan
Islam di Kepulauan Melayu Indonesia harus kita lihat sebagai menchirikan zaman
baru dalam persejarahannya,sebagai semboyan tegas membawa rasionalisma dan
pengetahuan akliah serta menegaskan suatu sistim masharakat yang berdasarkan
orang perseorangan, keadilan dan kemuliaan kepribadian insan.”
Jadi Islam membawa peradaban yang tinggi, intelektualisme
dan ketinggian budi insan di tanah Melayu. Prof al-Attas juga menunjukkan bukti
bahwa dari tangan ulama-ulama Islam lahirlah budaya sastra, tulisan, falsafah,
budaya buku dan lain-lain, yang tidak dibawa peradaban sebelumnya. Islam memang
tidak meninggalkan kebudayaan patung/candi sebagaimana kebudayaan pra Islam.
Kembali mengutip al-Attas: “Salah satu kejadian baru yang terpenting mengenai
kebudayaan, yang dengan sechara langsung digerakkan oleh proses sejarah
kebudayaan Islam adalah penyebaran bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar,
bukan sahaja dalam kesusasteraan epik dan roman, akan tetapi –lebih penting–
dalam pembicharaan falsafah. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa
kesusasteraan falsafah Islam di kepulauan Melayu-Indonesia menambah serta
meninggikan perbendaharaan katanya dan istilah2 khususnya dan merupakan salah
satu faktor terutama yang menjunjungnya ke peringkat bahasa sastera yang bersifat
rasional, yang akhirnya berdaya serta sanggup menggulingkan kedaulatan bahasa
Jawa sebagai bahasa sastera Melayu-Indonesia.”
Prof Naquib al Attas, lebih jauh menyorot tentang adanya
upaya-upaya ahli sejarah yang selalu mengkait-kaitkan perkembangan Islam di
tanah Melayu dengan budaya India (Hindu). Memang diakui al-Attas bahwa budaya
India mempengaruhi budaya Jawa, diantaranya adalah bukti adanya tulisan Jawa
Kuno yang ‘modelnya’ mirip dengan tulisan India. Karena itu, menurutnya
merupakan keputusan yang mendalam ketika para Ulama mengembangkan bahasa Melayu
sebagai bahasa pengantar-pemersatu tanah Melayu (juga pemersatu di Indonesia).
Bahasa Jawa, menurut al Attas telah banyak tercampur dengan
alam berfikir Hindu. Meski kemudian para Ulama Melayu tetap menghormati Jawa,
dengan dikembangkannya tulisan Melayu atau Jawa dengan huruf Arab, dengan
sebutan Arab Jawi (sayangnya tulisan Arab Jawi/Arab Pegon ini sekarang
dihilangkan/hampir hilang dalam tradisi pendidikan kita). Hal ini menurut
al-Attas mirip dengan perkembangan bahasa Arab, yang dipilih sebagai bahasa al
Qur’an (dipilih Allah SWT). Bukan bahasa Yunani (Latin) yang telah jauh
terpengaruh oleh kebudayaan Yunani/Romawi atau bukan bahasa Persia yang telah
terhegemoni budaya Persia. (lihat Naquib al Attas dalam bukunya Islam dalam
Sejarah dan Kebudayaan Melayu).
E.
Islam
sebagai Identitas Melayu di riau
Orang Melayu memandang Islam tidak hanya sebagai sebuah
agama pilihan yang diridhoi Tuhan, tetapi mereka juga memandang Islam sebagai
identitas. Pandangan seperti ini terjermin dalam kehidupan orang Melayu
sehingga timbul ungkapan bahwa orang Melayu mesti beragama Islam, bila ia tidak
Islam berarti ia tidak Melayu. Ini bermakna bahwa Islam menjadi identitas utama
bagi orang Melayu seperti dinyatakan dalam ungkapan berikut: Apa tanda Melayu
jati Bersama Islam hidup dan mati Apa tanda Melayu jati Islam melekat di dalam hati Apa tanda Melayu jati//Dengan Islam
ia bersebati.
Islam digambarkan sebagai penanda utama bagi orang Melayu
untuk membedakan orang Melayu dengan orang tidak Melayu. Kuatnya identitas
Islam dalam diri orang Melayu menyebabkan bahwa Islam tidak bisa dipisahkan
dari diri mereka sehingga sampai mati pun Islam menjadi agama orang Melayu.
Islam digambarkan benar-benar telah menyatu dalam diri orang Melayu.
Dalam ungkapan yang lain dinyatakan
pula bahwa tanda “tuah” atau keistemewaan orang Melayu adalah memeluk Islam
secara benar: Apa tanda Melayu bertuah Memeluk Islam tiada menyalah Apa tanda
Melayu bertuah Sebarang laku menurut sunnah Apa tanda Melayu bertuah Hidup
takwa kepada Allah Apa tanda Melayu bertuah Hidup mati bersama akidah.
Kata “tuah” merupakan suatu ungkapan
yang sering digunakan oleh orang Melayu untuk mengidentifikasi diri mereka
sebagai kaum yang mempunyai keistimewaan yang diberikan Tuhan seperti memeluk
Islam, keagungan kerajaan Melayu, dan sumber daya alam yang melimbah. Perpaduan Islam dan pemikiran orang
Melayu menjadikan Islam sebagai panduan utama bagi orang Melayu dalam
menjalankan kehidupan. Ungkapan orang Melayu sebagai kaum pilihan juga
tergambar dalam ungkapan berikut: Apa tanda Melayu pilihan//Hidup matinya dalam
beriman//Apa tanda Melayu pilihan//Taat setia menyembah Tuhan//Apa tanda Melayu
pilihan//Di dalam Islam tiada menyeman//. Identitas sebagai kaum pilihan
dikaitkan dengan keteguhan keimanan mereka dalam memeluk Islam. Keimanan
menjadi dasar utama bagi orang Melayu menyembah Tuhan agar manusia benar-benar
mempercayai ajaran Islam sebagai pedoman dalam kehidupan.
Ungkapan Melayu mengajarkan bahwa
sebagai makhluk yang mempunyai akal, manusia harus teguh memeluk agama Islam
agar kehidupan Manusia benar-benar terarah seperti yang dinyatakan dalam
ungkapan berikut ini: Apa tanda Melayu berakal//Memeluk Islam ianya kekal//Apa
tanda Melayu berakal//Di dalam Islam ia beramal//Apa tanda Melayu
berakal//Membela Islam tahan dipenggal//. Ungkapan ini menyatakan bahwa orang Melayu harus mempunyai
komitmen yang kuat untuk memeluk Islam dan selalu menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
BAB IV
- Kesimpulan
Lahirnya agama Islam yang dibawaoleh Rasulullah SAW, pada
abad ke-7 M, menimbulkan suatu tenaga penggerak yangluar biasa, yang pernah
dialami oleh umat manusia. Islam merupakan gerakanraksasa yang telah berjalan
sepanjang zaman dalam pertumbuhan danperkembangannya. Masuk danberkembangnya
Islam ke Indonesia dipandang dari segi historis dan sosiologissangat kompleks
dan terdapat banyak masalah, terutama tentang sejarahperkembangan awal Islam.
Ada perbedaan antara pendapat lama dan pendapat baru.Pendapat lama sepakat
bahwa Islam masuk ke Indonesia abad ke-13 M dan pendapatbaru menyatakan bahwa
Islam masuk pertama kali ke Indonesia pada abad ke-7
M.(A.Mustofa,Abdullah,1999: 23).
DAFTAR PUSTAKA
C.V.Avendonk. Art, Sharif, Encyclopedia of Islam, M. TH. Houtsma, A.J Wensink.
(eds), Vol. IV S-Z, J. Britll Ltd, Leiden, 1934.
Isfahani, Kitab al-Aghani, Math’ah Bulak, Cairo, 1285 A.H Vol. XVII,
p.105-6.
Mahayudin Haji Yahya, Sejarah Orang Syed di Pahang, Dewan Bahasa dan Pustaka,
Kuala Lumpur,.
A.
Hasjmi (ed), Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di
Indonesia, P.T. Al-Maarif, Jakarta, 1981